DAHLIA PURNAMASARI
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas ISBD yang diampu oleh Ana Maulana, M.Pd.
After Rainbow
Selasa, 24 April 2012
Rabu, 21 Maret 2012
'MISTIK' DARI SUDUT PANDANG PENGETAHUAN
Dalam tulisan ini, penulis akan mengkaji ‘mistik’ dari segi pengetahuan. Mistik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah hal-halgaib yang terjangkau oleh akal manusia, tetapi ada dan nyata. Paraantropolog atau sosiolog mengartikan mistik sebagai subsistem yang adapada hampir semua sistem religi untuk memenuhi hasrat manusiamengalami dan merasakan bersatu dengan Tuhan. Mistik merupakankeyakinan yang hidup dalam alam pikiran kolektif masyarakat. Alampikiran kolektif akan abadi, meskipun masyarakat telah berganti generasi(kecuali kalau masyarakat tersebut lenyap). Keyakinan ini telah hidupbersamaan dengan lahirnya masyarakat Jawa, diturunkan dari generasi ke generasi hingga kini.
A. Ontologi Pengetahuan Mistik
1.
Hakikat Pengetahuan Mistik
Mistik adalah pengetahuan yang tidak rasional, ini pengertian yang umum.
Adapun pengertian mistik bila dikaitkan dengan agama ialah pengetahuan ( ajaran
atau keyakinan) tentang tuhan yang diperoleh dengan cara meditasi atau latihan
spiritual, bebas dari ketergantungan pada indera dan rasio (A.S. Hornby, A
Leaner’s Dictonery Of Current English, 1957:828) Pengetahuan Mistik adalah
pengetahuan yang tidak dapat dipahami rasio, pengetahuan ini kadang-kadang
memiliki bukti empiris tapi kebanyakan tidak dapat dibuktikan secara empiris.
2.
Struktur Pengetahuan Mistik
Dilihat dari segi sifatnya kita membagi mistik menjadi dua, yaitu mistik
biasa dan mistik magis. Mistik biasa adalah mistik tanpa kekutan tertentu.
Dalam Islam mistik yang ini adalah tasawuf. Mistik Magis adalah mistik yang
mengandung kekuatan tertentu dan biasanya untuk mencapai tujuan tertentu.
Mistik Magis ini dapat dibagi menjadi dua yaitu Mistik Magis Putih dan Mistik
Magis Hitam. Mistik Magis Putih dalam islam adalah contohnya ialah Mukjizat,
karamah, ilmu hikmah, sedangkan Mistik Magis Hitam contohnya santet dan
sejenisnya yang menginduk ke sihir.
Istilah Mistik Magis Putih dan Mistik Magis Hitam digunakan untuk sekedar
membedakan kriterianya. Orang menganggap Mistik Magis Putih adalah mistik magis
yang berasal dari agama langit (Yahudi, Nasrani dan Islam), sedangkan mistik
magis hitam berasal dari luar agama itu. Dalam praketeknya keduanya memiliki
kegiatan yang relatif sama, nyaris hanya nilai filsafatnya saja berbeda.
Kesamaan itu terlihat dari mistik magis putih menggunakan wirid, do’a sedangkan
mistik magis hitam menggunakan mantra, jampi yang keduanya pada segi prakteknya
sama. Perbedaan mendasar ada pada segi filsafatnya. Mistik magis putih selalu
berhubungan dan bersandar pada Tuhan, sehingga dukungan Illahi sangat
menentukan. Mistik magis hitam selalu dekat, bersandar dan bergantung pada
kekutan setan dan roh jahat.
B. Epistemologi Pengetahuan Mistik
1. Objek Pengetahuan Mistik
Hal yang menjadi objek pengetahuan mistik ialah objek yang abstrak supra
rasional, seperti alam gaib termasuk Tuhan, Malaikat, Surga, Neraka, Jin dan
lain-lain. Termasuk objek yang hanya dapat diketahui melalui pengetahuan mistik
ialah objek-objek yang tidak dapat dipahami oleh rasio, yaitu objek-objek supra
natural (supra rasional), seperti Kebal, Debus, Pelet, Penggunaan Jin, Santet
Dan Lain-Lain
2.
Cara Memperoleh Pengetahuan Mistik
Bagaimana pengetahuan mistik? Diatas sudah di dikatakan bahwa pengetahuan
mistik itu tidak diperoleh melalui indera dan tindakan juga dengan menggunakan
akal rasional. Pengetahuan mistik diperoleh melalui rasa, ada yang mengatakan
melalui intuisi, Al-Ghozali mengatakan melalui dhamir atau qalbu.
3.
Ukuran Kebenaran Pengetahuan Mistik
Kebenaran mistik dapat diukur dengan berbagai macam ukuran. Bila
pengetahuan itu berasal dari tuhan, maka ukurannya adalah teks Tuhan yang
menyebutkan demikian. Tetkala tuhan mengatakan dalam Al-Qur’an bahwa Surga dan
Neraka itu ada, maka teks itulah yang menjadi bukti bahwa pernyataan itu benar.
Ada kalanya ukuran kebenaran pengetahuan mistik itu kepercayaan. Jadi, suatu
dianggap benar karena kita mempercayainya. Kita percaya bahwa jin dapat disuruh
oleh kita untuk melakukan pekerjaan, ya kepercayaan itulah yang menjadi
kepercayaannya. Ada kalanya kebenaran suatu teori dalam pengetahuan mistik
diukur dengan bukti empiris. Dalam hal ini bukti empiris itulah ukuran
kebenarannya
C. Aksiologi Pengetahuan Mistik
1. Kegunaan Pengetahuan Mistik
Mustahil pengetahuan mistik mendapat pengikut yang begitu banyak dan
berkembang sedemikian pesat bila tidak ada gunanya. Pengetahuan mistik itu amat
subjektif, yang paling tahu penggunaannya ialah pemiliknya. Dikalangan sufi
(pengetahuan mistik biasa) dapat menentramkan jiwa mereka. Pengetahuan mereka
seiring dapat menyelesaikan persoalan yang tidak dapat diselesaikan oleh sain
dan filsafat. Jenis mistik lain seperti kekebalan, pelet, debus dan lain-lain
dierlukan atau berguna baig seseorang sesuai dengan kondisi tertentu, terlepas
dari benar atau tidak penggunaannya. Kebal misalnya dapat digunakan dalam
pertahanan diri, debus dapat digunakan sebagai pertahanan diri dan juga untuk
pertunjukan hiburan. Jenis ini dapat meningkatkan harga diri. Sementara mistik magis
hitam, dikatakan hitam, antara penggunaanya untuk kejahatan.
Untuk menilai apakah mistik magis itu hitam atau putih kita melihatnya
pada segi ontologinya, epistemologinya dan aksiologinya. Bila pada hal
ontologinya terdapat hal-hal yang berlawanan dengan kebaikan, maka dari segi
ontologi mistik magis itu kita disebut hitam. Bila cara memperolehnya
(epistemologi) ada yang berlawanan dengan nilai kebaikan maka kita akan
mengatakan mistik magis itu hitam. Bila dalam penggunaan (aksiologi) untuk
kejahatan maka kita menyebutnya hitam.
3.
Cara Pengetahuan Mistik Menyelesaikan Masalah
Pengetahuan mistik menyelesaikan masalah tidak melalui proses indrawi dan
tidak pula melalui proses rasio. Itu berlaku mistik putih dan mistik hitam.
Berdasarkan penjelasan di atas,
penulis tidak akan memaksakan apakah pembaca harus mempercayainya atau tidak,
karena hal tersebut berkaitan pula dengan kepercayaan masing-masing. Hanya saja
tentunya ada beberapa bahkan banyak sekali hal-hal mistik yang tidak sesuai
dengan perkembangan atau keadaan kondisi zaman sekarang. Alangkah lebih baiknya
kita agak mengesampingkan ‘mistik’ apabila hal tersebut menganggu atau
menghambat kemajuan hidup kita sendiri atau memang ‘mistik’ tersebut nantinya
akan membuat kita ‘terisolasi’ dari kehidupan bermasyarakat.
“Modernisasi dan Globalisasi: Antara Maslahat dan Madharat”
Kemajuan ilmu pengetahuan
selalu diikuti dengan kemajuan teknologi. Hal ini terbukti dengan banyaknya
penemuan dalam bidang teknologi guna memenuhi kebutuhan hidup manusia dalam
melakukan berbagai aktivitas sehari-hari. Pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi di Indonesia melibatkan Negara-negara lain. Dalam banyak proyek
pengembangan ilmu pengetahuan seperti penelitian-penelitian, beasiswa, dan
institusi pendidikan, Negara-negara lain banyak terlibat baik dari segi pembiayaan
maupun segi pengadaan fasilitas. Sebuah hasil konsep manusia tak terlepas dari
sisi positif dan negatif. Berdasar hal tersebut, penulis akan mengupas kedua
sisi tersebut. Sebelumnya, tentu saja kita harus mengetahui definisi atau
pengertian dari ‘modernisasi’ dan ‘globalisasi’.
Pertama,
modernisasi. Modernisasi
berarti proses menuju masa kini atau proses menuju masyarakat yang modern.
Modernisasi dapat pula berarti perubahan dari masyarakat tradisional menuju
masyarakat yang modern. Jadi, modernisasi merupakan suatu proses perubahan di
mana masyarakat yang sedang memperbaharui dirinya berusaha mendapatkan
ciri-ciri atau karakteristik yang dimiliki masyarakat modern.
Ciri Manusia Modern Modernisasi
dapat terwujud apabila masyarakatnya memiliki individu yang mempunyai sikap
modern, menurut Alex Inkeles, terdapat 9 ciri manusia modern. Ciri-ciri itu sebagai
berikut: (1) Memiliki sikap hidup yang menerima hal-hal yang baru dan terbuka
untuk perubahan;
(2) Memiliki keberanian untuk menyatakan pendapat atau opini mengenai lingkungannya sendiri atau kejadian yang terjadi jauh di luar lingkungannya serta dapat bersikap demokratis; (3) Menghargai waktu dan lebih banyak berorientasi ke masa depan daripada masa lalu; (4) Memiliki perencanaan dan pengorganisasian; (5) Percaya diri; (7) Menghargai harkat hidup manusia lain; (8) Percaya pada ilmu pengetahuan dan teknologi; (9) Menunjung tinggi suatu sikap di mana imbalan yang diterima seseorang haruslah sesuai dengan prestasinya dalam masyarakat.
(2) Memiliki keberanian untuk menyatakan pendapat atau opini mengenai lingkungannya sendiri atau kejadian yang terjadi jauh di luar lingkungannya serta dapat bersikap demokratis; (3) Menghargai waktu dan lebih banyak berorientasi ke masa depan daripada masa lalu; (4) Memiliki perencanaan dan pengorganisasian; (5) Percaya diri; (7) Menghargai harkat hidup manusia lain; (8) Percaya pada ilmu pengetahuan dan teknologi; (9) Menunjung tinggi suatu sikap di mana imbalan yang diterima seseorang haruslah sesuai dengan prestasinya dalam masyarakat.
Ada beberapa gejala modernisasi
yang dapat ditinjau dari berbagai bidang
modernisasi kehidupan manusia berikut ini. (1) Bidang budaya, ditandai dengan
semakin terdesaknya budaya tradisional oleh masuknya pengaruh budaya dari luar,
sehingga budaya asli semakin pudar; (2) Bidang politik, ditandai dengan semakin
banyaknya Negara yang lepas dari penjajahan, munculnya Negara-negara yang baru
merdeka, tumbuhnya Negara-negara demokrasi, lahirnya lembaga-lembaga politik,
dan semakin diakuinya hak-hak asasi manusia; (3) Bidang ekonomi, ditandai
dengan semakin kompleksnya kebutuhan manusia akan barang-barang dan jasa
sehingga sektor industri dibangun secara besar-besaran untuk memproduksi
barang.; (4) Bidang sosial, ditandai dengan semakin banyaknya kelompok baru
dalam masyarakat, seperti kelompok buruh, kaum intelektual, kelompok manajer,
dan kelompok ekonomi kelas (kelas menengah dan kelas atas).
Kedua,
globalisasi. Banyak
sejarawan yang menyebut globalisasi sebagai fenomena di abad ke-20 ini dapat
dihubungkan dengan bangkitnya ekonomi internasional. Padahal interaksi
antarbangsa di dunia telah ada selama berabad-abad. Bila ditelusuri,
benih-benih globalisasi telah tumbuh ketika manusia mulai mengenal perdagangan
antarnegeri sekitar tahun 1000 dan 1500 SM. Fase selanjutnya ditandai dengan
dominasi perdagangan kaum Muslim di Asia dan Afrika. Fase selanjutnya ditandai
dengan eksplorasi dunia secara besar-besaran oleh bangsa Eropa, Spanyol,
Portugis, Inggris dan Belanda adalah pelopor-pelopor eksplorasi ini. Semakin
berkembangnya industri dan kebutuhan akan bahan baku serta pasar juga
memunculkan berbagai perusahaan multinasional di dunia. Fase selanjutnya terus
berjalan dan mendapat momentumnya ketika Perang Dingin berakhir dan komunisme
di dunia runtuh. Runtuhnya komunisme sekan memberi pembenaran bahwa kapitalisme
adalah jalan terbaik dalam mewujudkan kesejahteraan dunia. Implikasinya,
negara-negara di dunia mulai menyediakan diri sebagai pasar yang bebas.
Globalisasi merupakan sebuah
istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan keterkaitan antarbangsa dan
antarmanusia di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan,
budaya popular, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain. Berikut ini beberapa dampak
positif dan negatif modernisasi dan globalisasi di Indonesia.
Dampak Positif
a. Perubahan Tata Nilai dan Sikap
Adanya modernisasi dan globalisasi dalam
budaya menyebabkan pergeseran nilai dan sikap masyarakat yang semua irasional
menjadi rasional.
b. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat
menjadi lebih mudah dalam beraktivitas dan mendorong untuk berpikir lebih maju.
c. Tingkat Kehidupan yang lebih Baik
Dibukanya industri yang memproduksi
alat-alat komunikasi dan transportasi yang canggih merupakan salah satu usaha
mengurangi penggangguran dan meningkatkan taraf hidup
masyarakat.
Dampak Negatif
Dampak negatif modernisasi dan globalisasi adalah
sebagai berikut.
a. Pola Hidup Konsumtif
Perkembangan industri yang pesat
membuat penyediaan barang kebutuhan masyarakat melimpah. Dengan begitu
masyarakat mudah tertarik untuk mengonsumsi barang dengan banyak pilihan yang
ada.
b. Sikap Individualistik
Masyarakat merasa dimudahkan dengan
teknologi maju membuat mereka merasa tidak lagi membutuhkan orang lain dalam
beraktivitasnya. Kadang mereka lupa bahwa mereka adalah makhluk sosial.
c. Gaya Hidup Kebarat-baratan
Tidak semua budaya Barat baik dan cocok
diterapkan di Indonesia. Budaya negatif yang
mulai menggeser budaya asli adalah
anak tidak lagi hormat kepada orang tua, kehidupan bebas remaja, dan lain-lain.
d. Kesenjangan Sosial
Apabila dalam suatu komunitas masyarakat hanya ada beberapa individu yang
dapat mengikuti arus modernisasi dan globalisasi maka akan
memperdalam jurang pemisah antara individu dengan individu lain yang stagnan.
Hal ini menimbulkan kesenjangan sosial.
Akhirnya, semua dampak
positif dan negatif menjadi pembelajaran buat kita, salah satunya agar lebih
selektif dalam memilih antara budaya sandingan dan budaya tandingan karena tidak
semua pengaruh dari ‘aroma’ buadaya barat sesuai dengan nilai luhur Pancasila
dan adat istiadat budaya kita. Hal yang perlu dilakukan tentu saja kita harus
dapat mempertanggungjawabkan hal apapun yang kita pilih. Mau maslahat atau
madharat? Itu Anda yang bisa menilai dan merasakan akibatnya.
Wallohualam. Semoga kita
senantiasa berada dalam jalan yang diridoi-Nya. Amin
Selasa, 06 Maret 2012
AKU INGIN
Oleh Sapardi Djoko Damono
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
Langganan:
Postingan (Atom)