Dalam tulisan ini, penulis akan mengkaji ‘mistik’ dari segi pengetahuan. Mistik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah hal-halgaib yang terjangkau oleh akal manusia, tetapi ada dan nyata. Paraantropolog atau sosiolog mengartikan mistik sebagai subsistem yang adapada hampir semua sistem religi untuk memenuhi hasrat manusiamengalami dan merasakan bersatu dengan Tuhan. Mistik merupakankeyakinan yang hidup dalam alam pikiran kolektif masyarakat. Alampikiran kolektif akan abadi, meskipun masyarakat telah berganti generasi(kecuali kalau masyarakat tersebut lenyap). Keyakinan ini telah hidupbersamaan dengan lahirnya masyarakat Jawa, diturunkan dari generasi ke generasi hingga kini.
A. Ontologi Pengetahuan Mistik
1.
Hakikat Pengetahuan Mistik
Mistik adalah pengetahuan yang tidak rasional, ini pengertian yang umum.
Adapun pengertian mistik bila dikaitkan dengan agama ialah pengetahuan ( ajaran
atau keyakinan) tentang tuhan yang diperoleh dengan cara meditasi atau latihan
spiritual, bebas dari ketergantungan pada indera dan rasio (A.S. Hornby, A
Leaner’s Dictonery Of Current English, 1957:828) Pengetahuan Mistik adalah
pengetahuan yang tidak dapat dipahami rasio, pengetahuan ini kadang-kadang
memiliki bukti empiris tapi kebanyakan tidak dapat dibuktikan secara empiris.
2.
Struktur Pengetahuan Mistik
Dilihat dari segi sifatnya kita membagi mistik menjadi dua, yaitu mistik
biasa dan mistik magis. Mistik biasa adalah mistik tanpa kekutan tertentu.
Dalam Islam mistik yang ini adalah tasawuf. Mistik Magis adalah mistik yang
mengandung kekuatan tertentu dan biasanya untuk mencapai tujuan tertentu.
Mistik Magis ini dapat dibagi menjadi dua yaitu Mistik Magis Putih dan Mistik
Magis Hitam. Mistik Magis Putih dalam islam adalah contohnya ialah Mukjizat,
karamah, ilmu hikmah, sedangkan Mistik Magis Hitam contohnya santet dan
sejenisnya yang menginduk ke sihir.
Istilah Mistik Magis Putih dan Mistik Magis Hitam digunakan untuk sekedar
membedakan kriterianya. Orang menganggap Mistik Magis Putih adalah mistik magis
yang berasal dari agama langit (Yahudi, Nasrani dan Islam), sedangkan mistik
magis hitam berasal dari luar agama itu. Dalam praketeknya keduanya memiliki
kegiatan yang relatif sama, nyaris hanya nilai filsafatnya saja berbeda.
Kesamaan itu terlihat dari mistik magis putih menggunakan wirid, do’a sedangkan
mistik magis hitam menggunakan mantra, jampi yang keduanya pada segi prakteknya
sama. Perbedaan mendasar ada pada segi filsafatnya. Mistik magis putih selalu
berhubungan dan bersandar pada Tuhan, sehingga dukungan Illahi sangat
menentukan. Mistik magis hitam selalu dekat, bersandar dan bergantung pada
kekutan setan dan roh jahat.
B. Epistemologi Pengetahuan Mistik
1. Objek Pengetahuan Mistik
Hal yang menjadi objek pengetahuan mistik ialah objek yang abstrak supra
rasional, seperti alam gaib termasuk Tuhan, Malaikat, Surga, Neraka, Jin dan
lain-lain. Termasuk objek yang hanya dapat diketahui melalui pengetahuan mistik
ialah objek-objek yang tidak dapat dipahami oleh rasio, yaitu objek-objek supra
natural (supra rasional), seperti Kebal, Debus, Pelet, Penggunaan Jin, Santet
Dan Lain-Lain
2.
Cara Memperoleh Pengetahuan Mistik
Bagaimana pengetahuan mistik? Diatas sudah di dikatakan bahwa pengetahuan
mistik itu tidak diperoleh melalui indera dan tindakan juga dengan menggunakan
akal rasional. Pengetahuan mistik diperoleh melalui rasa, ada yang mengatakan
melalui intuisi, Al-Ghozali mengatakan melalui dhamir atau qalbu.
3.
Ukuran Kebenaran Pengetahuan Mistik
Kebenaran mistik dapat diukur dengan berbagai macam ukuran. Bila
pengetahuan itu berasal dari tuhan, maka ukurannya adalah teks Tuhan yang
menyebutkan demikian. Tetkala tuhan mengatakan dalam Al-Qur’an bahwa Surga dan
Neraka itu ada, maka teks itulah yang menjadi bukti bahwa pernyataan itu benar.
Ada kalanya ukuran kebenaran pengetahuan mistik itu kepercayaan. Jadi, suatu
dianggap benar karena kita mempercayainya. Kita percaya bahwa jin dapat disuruh
oleh kita untuk melakukan pekerjaan, ya kepercayaan itulah yang menjadi
kepercayaannya. Ada kalanya kebenaran suatu teori dalam pengetahuan mistik
diukur dengan bukti empiris. Dalam hal ini bukti empiris itulah ukuran
kebenarannya
C. Aksiologi Pengetahuan Mistik
1. Kegunaan Pengetahuan Mistik
Mustahil pengetahuan mistik mendapat pengikut yang begitu banyak dan
berkembang sedemikian pesat bila tidak ada gunanya. Pengetahuan mistik itu amat
subjektif, yang paling tahu penggunaannya ialah pemiliknya. Dikalangan sufi
(pengetahuan mistik biasa) dapat menentramkan jiwa mereka. Pengetahuan mereka
seiring dapat menyelesaikan persoalan yang tidak dapat diselesaikan oleh sain
dan filsafat. Jenis mistik lain seperti kekebalan, pelet, debus dan lain-lain
dierlukan atau berguna baig seseorang sesuai dengan kondisi tertentu, terlepas
dari benar atau tidak penggunaannya. Kebal misalnya dapat digunakan dalam
pertahanan diri, debus dapat digunakan sebagai pertahanan diri dan juga untuk
pertunjukan hiburan. Jenis ini dapat meningkatkan harga diri. Sementara mistik magis
hitam, dikatakan hitam, antara penggunaanya untuk kejahatan.
Untuk menilai apakah mistik magis itu hitam atau putih kita melihatnya
pada segi ontologinya, epistemologinya dan aksiologinya. Bila pada hal
ontologinya terdapat hal-hal yang berlawanan dengan kebaikan, maka dari segi
ontologi mistik magis itu kita disebut hitam. Bila cara memperolehnya
(epistemologi) ada yang berlawanan dengan nilai kebaikan maka kita akan
mengatakan mistik magis itu hitam. Bila dalam penggunaan (aksiologi) untuk
kejahatan maka kita menyebutnya hitam.
3.
Cara Pengetahuan Mistik Menyelesaikan Masalah
Pengetahuan mistik menyelesaikan masalah tidak melalui proses indrawi dan
tidak pula melalui proses rasio. Itu berlaku mistik putih dan mistik hitam.
Berdasarkan penjelasan di atas,
penulis tidak akan memaksakan apakah pembaca harus mempercayainya atau tidak,
karena hal tersebut berkaitan pula dengan kepercayaan masing-masing. Hanya saja
tentunya ada beberapa bahkan banyak sekali hal-hal mistik yang tidak sesuai
dengan perkembangan atau keadaan kondisi zaman sekarang. Alangkah lebih baiknya
kita agak mengesampingkan ‘mistik’ apabila hal tersebut menganggu atau
menghambat kemajuan hidup kita sendiri atau memang ‘mistik’ tersebut nantinya
akan membuat kita ‘terisolasi’ dari kehidupan bermasyarakat.